JAHANGIR CIRCLE Pemanfaatan Biomassa untuk Co-Firing di PLTU Bisa Jadi Peluang Ekonomi bagi Masyarakat
jahangircircle.org, JAKARTA – Defian Kori, Ekonom Universitas Gajah Mada, menekankan pentingnya pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar campuran pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Biomassa tidak hanya mendukung transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, namun juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.
“Co-firing, proses pencampuran biomassa dan batu bara pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung perekonomian lokal dengan memanfaatkan kembali limbah pertanian, kehutanan, atau perkebunan,” ujarnya, Rabu (16.10/). 2024).
Defian melanjutkan, co-firing tidak hanya mengurangi emisi karbon, namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Biomassa didaur ulang dari limbah pertanian, yang kemudian dijual masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Jika masyarakat memahami nilai ekonomi dari sampah yang dihasilkan, maka dapat meningkatkan pendapatan utama daerah (PAD) dan membantu mengurangi emisi karbon,” ujarnya.
Oleh karena itu, Defian merekomendasikan pemerintah memberikan dukungan berupa subsidi dan insentif agar biomassa tetap kompetitif di pasar dalam negeri. Pasalnya pada tahun 2022 saja, Indonesia akan mengekspor sekitar 500.000 ton wood pellet dan 4,5 juta ton cangkang sawit.
“Jika harga di dalam negeri lebih menarik, bahan-bahan tersebut bisa digunakan untuk pembakaran bersama di dalam negeri,” tambahnya.
Defiyan menegaskan, dengan dukungan yang tepat, co-firing tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, namun juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, pemerintah khususnya Kementerian ESDM harus mengambil langkah proaktif untuk memperluas pemanfaatan teknologi tersebut sebagai alternatif impor energi yang selama ini menguras devisa negara.
“Ini bisa menjadi alternatif impor minyak dan bahan bakar yang telah menguras devisa sebesar Rp126,4 triliun pada pertengahan tahun 2024,” tutupnya.
Kebetulan sebagian besar PLTU kini sudah menggunakan teknologi co-firing, yakni mencampurkan batu bara dengan sumber energi terbarukan seperti serbuk gergaji, sekam padi, dan sekam sawit.
Pada tahun 2023, pemanfaatan biomassa dalam co-firing akan memberikan hasil yang signifikan. Berkat penurunan emisi karbon dioksida sebesar 1,05 juta ton CO2 dan peningkatan produksi energi sebesar 1,04 terawatt-jam (TWh), angka tersebut meningkat sebesar 77 persen dibandingkan tahun sebelumnya.