jahangircircle.org, JAKARTA – Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (SELIOS) Nailul Huda mengatakan kontribusi industri pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bisa melebihi 5 persen.
Dalam pidatonya di Jakarta, Selasa, ia menyampaikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2025 yang bertujuan untuk meningkatkan nilai devisa pariwisata sebesar US$22,10 miliar dan kontribusi pariwisata terhadap PDB sebesar 4,6 persen.
Ia yakin tujuan tersebut bisa tercapai. “Pariwisata itu komprehensif, meliputi transportasi, akomodasi, dan atraksi. “Kalau digabung semuanya, kontribusinya bisa lebih dari 5 persen atau sekitar Rp 1,044 triliun (PDB 2023: Rp 20,892 triliun),” kata Huda.
Menurutnya, yang terpenting adalah memberikan dampak positif bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya adalah pengelolaan pariwisata berkelanjutan dan fokus pada kecerdasan lokal, seperti mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Selain itu, peraturan juga harus diubah. Misalnya saja terkait aktivitas online travel agency (OTA) luar negeri yang kerap mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak komisi kepada hotel.
Namun, dia mendorong masyarakat membuat aturan untuk memahami seluk beluk pariwisata. “Harus direstrukturisasi, siapa yang memungut, siapa yang memungut, dan siapa yang membayar pemerintah. “Pemerintah harus membereskannya terlebih dahulu,” katanya.
Melanjutkan hal tersebut, inspektur pariwisata Universität Gendarel Sodirman (Unsoid) Chusmeru mengatakan, banyak OTA yang beroperasi tanpa mengindahkan peraturan setempat, seperti tidak memiliki bentuk usaha tetap (BUT) dan tidak dikenakan pajak. Situasi ini menciptakan inefisiensi di pasar karena pelaku usaha lokal menanggung beban pajak.
Chusmeru yakin isu ini penting dalam rencana aksi 100 hari Menteri Pariwisata Vidyanti Putri, yang tidak hanya akan melindungi pengusaha lokal tetapi juga menciptakan perdagangan yang adil.
Ia juga menekankan perlunya anggaran yang lebih baik untuk mempromosikan pariwisata, yang melemah karena kendala keuangan. Selain itu, pemerintah diharapkan fokus pada kualitas dan revitalisasi, tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan tetapi juga kualitas pariwisata yang berdampak positif pada perekonomian lokal.
“Pariwisata harus menjadi bagian dari kebudayaan untuk membawa kesejahteraan bagi masyarakat,” ujarnya.