jahangircircle.org, JAKARTA – Psilocybin, senyawa yang berasal dari jamur ajaib, semakin populer dalam penelitian medis karena potensi manfaat terapeutiknya. Namun, sebuah kasus serius baru-baru ini menyoroti bahaya penggunaan psilocybin yang tidak terkontrol.
Seorang pria Austria memotong penisnya dengan kapak setelah makan jamur psilocybin secara overdosis. Euronews memberitakan, Rabu (2/10/2024), setelah alat kelaminnya dipotong menjadi beberapa bagian, pria tersebut menyimpannya di toples berisi tanah dan es.
Psilocybin adalah senyawa psikoaktif alami yang ditemukan dalam jamur ajaib. Setelah tertelan, tubuh mengubahnya menjadi psilocin dengan sifat psikoaktif yang dapat menyebabkan halusinasi, mengubah persepsi seseorang tentang dunia dan keadaan emosinya.
Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit Feldkirch Austria, pria berusia 37 tahun tersebut memiliki riwayat depresi dan minum berlebihan serta biasa makan empat atau lima jamur kering saat sendirian di rumah. Tak lama setelah efek jamur muncul, seorang pria memotong alat kelaminnya menjadi empat bagian dengan kapak. Ia kemudian membalut lukanya dan menyimpan potongan alat kelaminnya di dalam toples.
Dia mencari bantuan sampai seorang pejalan kaki menemukannya dan membawanya ke desa terdekat sampai ambulans tiba – lima jam setelah kejadian.
Setelah operasi, dokter berhasil menyambungkan kembali ujung penis dan bagian batang penis sepanjang 2 cm. Meskipun operasinya berhasil, pria tersebut kehilangan panjang penis sebanyak 5 cm dan menderita komplikasi ringan berupa hipospadia koroner, di mana uretra terbuka lebih jauh dari posisi normalnya.
Pria tersebut ditempatkan dalam perawatan psikiatri intensif dan diberi pengobatan setelah ia terus menunjukkan gejala psikotik dan delusi agama. Ini adalah kasus amputasi penis yang pertama kali dilaporkan akibat psilocybin atau sindrom Klingser, suatu kondisi langka yang melibatkan amputasi alat kelamin yang dilakukan sendiri. Hal ini menurut penelitian yang diterbitkan dalam Open Journal of Urology.
Meski jarang terjadi, laporan kasus ini menyoroti potensi bahaya psilocybin bila digunakan oleh orang-orang dengan gangguan mental yang lebih parah, terutama mereka yang menderita psikosis (gangguan mental di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dan fantasi).
“Terapi psilocybin telah berhasil diuji pada pasien dengan gangguan depresi mayor. Namun, meskipun memiliki efek terapeutik, di antara pasien yang memakai psilocybin dosis tinggi, pengalaman panik dan paranoia dilaporkan masing-masing sebesar 31 persen dan 17 persen,” kata studi tersebut.
Namun, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa penggunaan psilocybin dalam keadaan terkendali berpotensi memberikan manfaat kesehatan mental yang signifikan. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychopharmacology menemukan bahwa kejadian seperti itu jarang terjadi.