jahangircircle.org, JAKARTA – Peretas yang diduga bekerja sama dengan China telah menyusup ke jaringan teknologi informasi penting di Amerika Serikat, mempersiapkan potensi konflik antara kedua negara, kata badan tersebut. Hal ini diumumkan oleh Direktur Jenderal Komando Siber AS Morgan Adamsky.
“Operasi siber yang dilakukan kelompok terkait China bertujuan untuk memperoleh keuntungan strategis jika terjadi konflik besar di Amerika Serikat,” kata Adamsky dalam laporannya kepada Reuters, Minggu (24/11/2024).
Para pejabat AS sebelumnya telah memperingatkan bahwa penyerang tidak hanya akan membobol jaringan TI, namun juga akan melancarkan serangan yang mengganggu ketika konflik terjadi. Serangan tersebut mencakup perubahan sistem pendingin, pemanas dan ventilasi di ruang server atau gangguan sistem pasokan listrik dan air.
Dalam wawancara dengan Washington Post, Senator AS Mark Warner mengatakan dugaan peretasan perusahaan telekomunikasi AS oleh Tiongkok adalah insiden telekomunikasi terburuk dalam sejarah AS.
Menurut FBI, operasi spionase dunia maya Tiongkok, yang dikenal sebagai Salt Typhoon, mencakup intersepsi data log panggilan dan komunikasi pejabat senior tim kampanye calon presiden AS sebelum tanggal 5 November. Selain itu, FBI mengatakan peretas yang diduga terkait dengan Tiongkok mencuri data komunikasi terkait permintaan penegakan hukum.
“Untuk mengatasi ancaman ini, FBI dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) telah memberikan bantuan teknis dan informasi mengenai target potensial,” kata FBI.
Adamsky mengatakan pada Jumat lalu bahwa pemerintah AS telah meluncurkan operasi global yang terkoordinasi, baik defensif maupun ofensif, yang berfokus pada upaya untuk membendung dan mengganggu operasi siber Tiongkok di seluruh dunia. Namun, Beijing terus menyangkal adanya aktivitas dunia maya yang menargetkan fasilitas AS. Kedutaan Besar Tiongkok di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kumanti Awalia