jahangircircle.org, JAKARTA – Manajemen Shell Indonesia menjawab pertanyaan yang beredar saat ini. Hal ini terkait dengan rumor yang menyebutkan seluruh Pompa Bahan Bakar Umum (SPBU Shell) di Indonesia akan ditutup.
Vice President Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea menegaskan, informasi yang beredar tidak benar. “Kami tidak bisa mengomentari spekulasi yang terjadi di pasar. Shell Indonesia masih fokus pada pengoperasian SPBU untuk pelanggan kami,” kata Susi kepada jahangircircle.org, Minggu (24/11/2024).
Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Aspermigas) pun mengumumkan. Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal menyinggung kondisi operasional SPBU yang dikelola Pertamina saat ini. Hal ini merupakan tantangan bagi perusahaan lain.
Dia menjelaskan, secara umum Pertamina mendominasi bisnis SPBU di Tanah Air. Hal ini juga karena peran pemerintah dalam hal ini. Menurut dia, sebanyak 90 persen SPBU di nusantara dimiliki mayoritas.
“Tidak ada yang bisa disembunyikan. Pertamina mendistribusikan BBM bersubsidi. Pasar BBM bersubsidi sangat besar, sehingga dengan pasar tersebut saja Pertamina sudah menguasai mayoritas,” kata Moshe.
Di sisi lain, dia mengakui kualitas produk Pertamina semakin membaik. Ada perbaikan dan pengembangan. Hal ini mendorong hadirnya inovasi-inovasi baru.
Dengan cara ini, keunggulan pihak lain seolah tereduksi, jelas Moshe. “Mungkin dari segi performa, dari segi kualitas bahan bakar, dulu ada keunggulan dibandingkan Pertamino. Sekarang keunggulannya berkurang. Pembeli lihat kalau tidak ada bedanya, kenapa saya harus bayar lebih.”
Moshe ketika berbicara soal persaingan, melirik bisnis SPBU non-Pertamina, bukan hanya Shell. Ada juga Vivo, lalu BP-AKR. Saat ini hanya Shell Indonesia yang menjadi sorotan.
Pada bulan Agustus 2024, tersiar kabar tentang rencana Shell untuk menutup 1.000 SPBU di beberapa negara pada tahun 2025. Tidak ada pernyataan lebih lanjut yang dibuat oleh negara mana pun.
“Tapi mereka tidak menyebutkan SPBU yang mana ya? Iya mungkin ada anggapan, wah ini SPBU yang ada di Indonesia. Karena Indonesia, tadi saya bilang, saya melihat tantangannya cukup besar. Jadi mungkin dari situlah rumor itu berasal.” kata Moshe.
Pada dasarnya, kata dia, manajemen Shell hanya berwenang menanggapi apa yang disampaikan. Toh produk Shell di Indonesia tidak hanya SPBU saja, tapi juga minyak pelumas. Hal ini masih cukup umum.
Moshe menyarankan pemerintah untuk lebih menjaga keseimbangan regulasi. Soal bagaimana mengatur distribusi BBM bersubsidi, yang dalam hal ini mencerminkan peran Pertamina sebagai badan usaha milik negara, namun di sisi lain harus tetap menarik bagi investasi. Konkritnya, masih banyak masyarakat yang terlibat dalam persaingan di bidang ini.
Dengan mendorong banyak kompetitor, otomatis mendatangkan inovasi. Ini mempengaruhi harga, layanan dan kualitas. “Ungkapan dominannya bilang, (pelanggan) mau beli barang saya, kenapa saya harus peduli dengan inovasi. Sedangkan kalau ada persaingan (tentu saja berbeda). Makanya saya bilang produk pertamina semakin bagus, ada inovasi.
Ia melihat inovasi tercermin dari apa yang terus dilakukan Pertamina. Di saat yang sama, Moshe terus mendorong pemerintah untuk membuka investasi sebesar-besarnya di sektor SPBU untuk menjamin persaingan yang sehat dan berkualitas. Pelanggan akan menikmati situasi ini.