jahangircircle.org, JAKARTA — Zat besi memiliki manfaat utama bagi tubuh kita, terutama bagi pertumbuhan anak. Unsur ini tidak hanya penting untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, tetapi juga berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh lainnya.
Dokter spesialis anak, spesialis tumbuh kembang di bidang pediatri sosial, prof. Doktor Filsafat Rini Secartini mengatakan, zat besi merupakan zat gizi mikro yang penting untuk menunjang tumbuh kembang anak, sehingga perlu diperhatikan kecukupannya. “Keseimbangan zat besi positif adalah asupan zat besi sekitar 1 mg per hari. “Karena penyerapan zat besi sekitar 10 persen, maka sebaiknya konsumsi zat besi sebanyak 8 hingga 10 mg setiap hari,” kata dokter Fakultas Kedokteran (FK) UI di Jakarta, Selasa (27/11/2024).
Rini menjelaskan, zat besi merupakan nutrisi yang diperlukan untuk berbagai proses enzimatik dalam tubuh, seperti produksi hormon, metabolisme sel, dan sintesis DNA. Zat besi dalam tubuh juga dapat bermanfaat untuk proses transfer oksigen. Selain itu, zat besi juga berperan penting dalam perkembangan dan pembentukan sistem saraf pusat.
“Program tubuh kita sebenarnya adalah pengendalian otak. Otak terbentuk pada trimester pertama kehamilan. Jadi kalau calon pengantin anemia lalu hamil, masih kekurangan zat besi, dia (ibu hamil) tidak bisa membantu pertumbuhan sel otak di masa janin, kata Rini.
Menurutnya, anemia defisiensi besi (IAD) merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi. Penyakit ADB dapat menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak.
“Jika tidak ditangani dengan baik, dampaknya bisa permanen. Hal ini bisa terjadi karena zat besi tidak hanya penting untuk membawa oksigen dalam darah, tetapi juga berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh,” ujarnya.
Rini mengatakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya ADB pada anak di Indonesia adalah kurangnya zat gizi mikro dan konsumsi makanan kaya zat besi. Faktor risiko lainnya adalah belum adanya pedoman atau pedoman skrining rutin status zat besi khususnya pada anak sehingga memerlukan intervensi bidan sebagai penyedia layanan kesehatan primer bagi ibu dan anak.
Menurutnya, penting untuk memantau kadar hemoglobin (Hb) sejak usia 2 tahun dan kemudian setiap tahun hingga pubertas. Bila anemia terdeteksi, perlu dicari penyebabnya dan bila perlu dirujuk.
“Jika seorang anak menderita ABD, pasti ia tidak memiliki cadangan zat besi yang cukup. Ini dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan. Jadi jika Anda memiliki anak yang pendek, pastikan untuk memeriksa kadar hemoglobin normal dan, jika mungkin, periksa simpanan zat besinya, karena zat besi mempengaruhi hormon pertumbuhan dalam tubuh, kata Rini.
Selain mengupayakan skrining dini kekurangan zat besi, kata dia, pola makan yang diperkaya zat besi sebagai suplemen ASI dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi sehingga mengurangi risiko anemia pada anak.