jahangircircle.org, JAKARTA — Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan optimismenya terhadap perkembangan aliran investasi Amerika ke Indonesia pada periode kedua Presiden Donald Trump mulai awal tahun depan.
“Saya kira (aliran investasi) bisa lebih baik karena kepribadian Trump,” kata Luhut usai menghadiri “12th US-Indonesia Investment Summit” di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Dia mengatakan bahwa tanggapan Trump terhadap kemungkinan investasi di Indonesia dan dinamika investasi Amerika di Indonesia di masa depan akan sangat bergantung pada bagaimana Indonesia memberikan bantuan dan menjadi tuan rumah bagi pengusaha Amerika yang tertarik untuk berinvestasi.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus memperhatikan peluang yang akan muncul di Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Trump dan menyederhanakan proses perizinan dan peraturannya. “Tidak boleh ada pembatasan investasi di Indonesia,” kata Luhut.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Bisnis (BK Perdag) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Fajarini Puntodewi mengatakan kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS akan berdampak pada dunia usaha Indonesia sebagai salah satu mitra utama Amerika. Amerika.
Sebab, Trump diperkirakan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10-20 persen terhadap seluruh barang yang masuk ke Amerika Serikat, ujarnya pada 19 November.
Namun, kata Puntodewi, pada kepemimpinan pertama Trump periode 2017-2021, kecenderungan ekspor Indonesia ke Amerika meningkat dan mendapat ekses. Tren ini terus meningkat secara dramatis di bawah pemerintahan Joe Biden, katanya.
Oleh karena itu, kepemimpinan Trump ke depan diharapkan tidak menyebabkan perubahan besar pada kinerja ekspor.
Selain itu, Ekonom Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios) Nailul Huda meminta pemerintah Indonesia memperkuat perekonomian dalam negeri menunggu hasil kemenangan Trump.
Pasalnya, Trump memiliki hubungan yang kurang ideal dengan China sehingga berujung pada perang dagang. Kondisi ini membuat permintaan barang impor tidak bisa masuk ke kedua negara tersebut.
Dampaknya, produk-produk Indonesia bisa mengalami tekanan, termasuk produk tekstil. Tekanan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam hal melambatnya perdagangan luar negeri, katanya.