Jahangir Circle News

berita dari seluruh kalangan dunia

Sains

JAHANGIR NEWS Tempat Tertinggi di Bumi yang Dihuni Manusia

jahangircircle.org, JAKARTA — Terdapat lebih dari 80 juta orang di dunia yang tempat tinggal permanennya berada di ketinggian minimal 2.500 meter di atas permukaan laut. Bangunan di dataran tinggi tersebar di Amerika Selatan, Asia Tengah, Afrika Timur dan beberapa wilayah lainnya. 

Salah satu kota dataran tinggi permanen adalah Wenchuan di Provinsi Qinghai, Tiongkok, yang tingginya 4.870 meter di atas permukaan laut. India juga memiliki Korzak yang tingginya 4.572 meter di atas permukaan laut.  

Namun, ada satu bidang yang paling menonjol. Titik tertinggi di dunia adalah La Rinconada yang terletak di Andes, Peru. Sekitar 50 ribu orang tinggal di ketinggian 5.000-5.300 meter di atas permukaan laut.

Dari LiveScience, Minggu (26/5/2024), La Rinconada tidak memiliki air, tidak ada toilet atau toilet. Makanan penduduk didatangkan dari daerah dataran rendah, dan listrik baru diperkenalkan pada tahun 2000an.   

Kota La Rinconada terkenal dengan tambang emasnya, yang dulunya (60 tahun lalu) merupakan kota pertambangan kecil. Sedikit demi sedikit, penduduknya menetap di sana dan terbiasa dengan beberapa kondisi.

Masyarakat yang tinggal di La Rinconada harus hidup di lingkungan yang sangat sulit dengan kandungan oksigen yang separuh dari air laut. Bagi orang yang tidak dilahirkan di dataran tinggi dan pergi ke dataran rendah, pernapasan dan detak jantungnya meningkat.

Pasalnya, pasokan oksigen rendah sehingga paru-paru dan jantung harus bekerja lebih keras untuk menyuplai makanan ke otot. Persentase hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen, di dalam darah juga menurun. Semakin keras suaranya, semakin kuat responsnya.

Beberapa orang mungkin menderita penyakit gunung akut (AMS) karena tubuh mencoba beradaptasi dengan udara rendah. Efeknya dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual dan kehilangan nafsu makan. 

Namun sapi seperti yang hidup di La Rinconada terbiasa dengan lingkungan berbeda dengan ventilasi yang buruk. Cynthia Bell, profesor antropologi di Case Western Reserve University di Ohio, mengatakan: “Ada bukti bagus dari seluruh dunia bahwa orang-orang yang berada di dataran tinggi mengalami sedikit atau tidak ada peningkatan kapasitas paru-paru, terutama sebelum masa pubertas. 

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *