jahangircircle.org, Jakarta – Pemerintahan Prabowo Subiano telah menetapkan sejumlah tujuan besar untuk lima tahun ke depan. Salah satunya adalah tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
Apa strategi untuk mencapai hal ini? Amalia Adingar Vidyasanti, Deputi Bidang Perekonomian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPENS, menegaskan pemerintah telah menemukan cara yang baik untuk mencapai apa yang ingin dicapai. Ia mengatakan, pertama-tama penting untuk mengetahui esensi dari tujuan besar tersebut.
“Kenapa harus 8 persen? Karena kita ingin menciptakan lapangan kerja yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia. Kita ingin mencapai pendapatan per kapita yang tinggi,” kata Amalia dalam diskusi INDEF di Jakarta, Kamis (21/11/). 2024).
Hal itu, lanjutnya, merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi untuk menggairahkan investasi. Penting untuk merangsang tidak hanya investasi publik, tetapi juga investasi swasta, badan usaha milik negara, dan bahkan investasi asing. Hal ini dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Tentu saja, negara harus mengambil langkah nyata untuk menyederhanakan perizinan dan menciptakan lingkungan usaha. Lalu pastikan investasi besar ini berjalan baik bagi negara. Pada saat yang sama, BAPENS sedang menyusun Rencana Strategis Nasional (PSN). Di sini PSN merupakan investasi BUMN, swasta, yang sangat strategis dalam mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi 8 persen.
“Juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia dan meningkatkan komunikasi internal,” kata Amalia.
Berikutnya adalah industrialisasi. Insentif yang tepat harus ada untuk menarik minat investor. Oleh karena itu, insentif akan diarahkan kepada industri yang menciptakan nilai tambah tinggi. Kemudian pertumbuhan investasi akan didasarkan pada keunggulan daerah.
Ketiga, perbaikan iklim investasi. Pemerintah menekankan perlunya menarik investasi. Berikutnya adalah ekspor. Ekspor akan menjadi strategi utama pemerintah untuk memastikan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Hal ini didukung dengan meningkatnya partisipasi dalam rantai global.
“Bapak-bapak yang terhormat, ekspor Indonesia ke depan tidak fokus pada ekspor produk mentah, tapi ekspor produk yang bernilai tambah tinggi,” kata Amalia.
Artinya, pemerintah membatasi ekspor bahan mentah dan ekspor produk olahan atau hilir. Opsi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi wilayah hilir seperti Maluku Utara dan Sulawesi Tengah. Pekerjaan rumah untuk masa depan adalah bagaimana menahan pertumbuhan ekonomi.