jahangircircle.org, JAKARTA — Laporan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengenai penerapan kriteria ESG (environmental, social, governance) menjadi tolak ukur bagi investor untuk menilai risiko dan peluang bisnis.
BEI mendorong emiten untuk meningkatkan kinerja ESG-nya. “Selain menyelenggarakan pelatihan dan workshop bagi pihak-pihak yang berkepentingan,” kata Syandi Ramadhan, Plt Kepala Unit Penegakan Disiplin Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, dalam webinar diskusi publik dan media bertajuk COP-29 dan Standar Pelaporan Pembangunan Berkelanjutan, di Jakarta, minggu ini (20/11).
Dalam diskusi antara Envmission, startup net-zero emisi, dan Institut Jurnalisme Indonesia (IIJ), Syandy mengatakan tren ESG saat ini terus meningkat dengan banyaknya penerbitan green bond dan pertumbuhan investasi berbasis ESG yang signifikan. . produk.
Syandi juga mengatakan telah dibentuk unit khusus untuk mendukung pengembangan kerangka lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di EIB. Untuk itu, semakin penting bagi emiten untuk menghasilkan laporan keberlanjutan sebagai keterbukaan publik.
Terkait dengan laporan pembangunan berkelanjutan, BEI memiliki standar yang menjadi acuan dalam penyusunan laporan pembangunan berkelanjutan. Standar-standar ini dapat dijadikan rujukan oleh jurnalis ketika perusahaan menyiapkan laporan keberlanjutan, serta oleh masyarakat, termasuk jurnalis, ketika meninjau laporan tersebut.
Tidar Bayu Herlambang, CEO Envmission, menyoroti pentingnya partisipasi pemangku kepentingan dalam proses penyusunan laporan keberlanjutan yang kredibel. Partisipasi ini menjadi landasan utama yang harus dipenuhi oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
“Ini bukan hanya tentang karyawan, pelanggan, dan pemasok: perusahaan juga perlu mengumpulkan data terperinci untuk mengidentifikasi permasalahan spesifik, seperti konsumsi energi pada lini produksi tertentu. » ujar Tidar dalam diskusi yang sama.
Jika tidak, Anda perlu membandingkan diri Anda dengan perusahaan lain di sektor yang sama untuk menilai pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Validasi pihak ketiga merupakan langkah penting dalam memastikan keakuratan pelaporan, khususnya pada aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Salah satu pemain di sektor perbankan yang mencapai pelaporan berkelanjutan, Bank Syariah Indonesia (BSI) menawarkan laporannya di situs web perusahaan. “Laporan ini merupakan alat penting bagi publik dan media untuk menilai kinerja keberlanjutan kami,” kata Rima D Permatasari, Senior Vice President (SVP) ESG di BSI.
Selain itu, BSI berkomitmen melakukan tanggung jawab sosial dengan menyalurkan zakat sebesar Rp223 miliar kepada dunia usaha pada tahun 2024, sejalan dengan prinsip Syariah dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).