Jahangir Circle News

berita dari seluruh kalangan dunia

Hiburan

Pilih Kasih Bisa Berdampak Buruk Secara Jangka Panjang pada Anak

jahangircircle.org, JAKARTA – Tidak ada orang yang suka diperlakukan tidak adil. Misalnya saja memilih cinta antara anak yang satu dengan anak yang lain.

Psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MPsi, mengatakan pilih kasih orang tua dapat berdampak negatif jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak. Pengaruhnya bermacam-macam, ada pula yang membuat anak kurang percaya diri, kata psikolog yang akrab disapa Nina itu seperti dikutip Antara, Kamis (31/10/2024).

“Dalam jangka panjang seringkali mempengaruhi perkembangannya juga, misalnya satu anak lebih sukses dari yang lain,” kata psikolog yang bekerja di Institut Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Nina menuturkan, orang tua biasanya tidak sadar atau tidak menyadari bahwa mereka melakukan kebaikan pada anaknya.

Misalnya, orang tua memberikan perhatian lebih kepada anak yang dianggap lebih lemah dibandingkan anak lain karena menganggap anak tersebut membutuhkan perhatian ekstra. Ada pula orang tua yang merasa lebih nyaman dengan anak tertentu, sehingga secara tidak sadar mereka memberikan perhatian lebih terhadap anak tersebut.

Selain itu, orang tua yang belum siap memiliki anak lagi terkadang secara tidak sadar lebih memusatkan perhatian pada anak barunya. Jadi anak-anak lain mungkin merasa tersisih.

Jika orang tua terus menerus memberikan perhatian lebih pada anak tertentu, anak yang kurang mendapat perhatian bisa jadi akan merasa tidak disayangi oleh orang tuanya. Nina menuturkan, memberikan kasih sayang yang sama kepada anak bukan berarti menyamaratakan perhatian pada anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

Namun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harus ada feedback baik dari anak maupun orang lain yang mengenal kita, kata psikolog jebolan Universitas Indonesia itu.

Nina menuturkan, sebaiknya orang tua mencari ke dalam diri jika merasa pilih kasih dalam memperlakukan anaknya. Setelah introspeksi, menurutnya, sebaiknya orang tua mengajak setiap anak berbincang agar bisa mendengar apa yang ada dalam hatinya dan mencari solusi untuk memperbaiki hubungan dengan dirinya.

“Butuh waktu untuk ngobrol satu lawan satu dengan anak kita masing-masing. Misalnya saya sendirian dengan anak saya yang lain, cobalah untuk ngobrol,” ujarnya.

Sekalipun karena keadaan tertentu, seperti masalah kesehatan yang memerlukan perhatian lebih, Anda harus memberikan perhatian lebih pada salah satu anak Anda. Orang tua hendaknya terus berusaha memberikan perhatian yang dibutuhkan anak lain.

Menurut Nina, orang tua bisa melibatkan anggota keluarga lainnya, seperti kakek dan nenek, dalam membesarkan dan merawat anak. “Jika ada anak yang membutuhkan terapi kesehatan mentalnya, jangan sampai kita terus mengikutinya. Pada gilirannya, kita bisa memberdayakan orang lain yang dekat dengan kita,” kata Nina.

Menurutnya, dengan berusaha membangun hubungan yang harmonis dengan anak, orang tua dapat memperhatikan dan menyampaikan kelebihan dan keunikan masing-masing anak. “Coba temukan keunikan dan kelebihan masing-masing anak dan sampaikan keunikan dan kelebihan itu,” kata Nina.

“Jangan hanya menceritakan hal-hal buruk padanya, agar dia paham betul apa yang pro, bukan hanya kontra,” ujarnya.

 

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *