jahangircircle.org, JAKARTA – Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah optimistis dengan cita-cita Presiden Prabowo Subianto agar Indonesia mencapai swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun ke depan.
Menurut Said, untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah harus menerapkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya.
“Tentu saja harapan harus tetap ada. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan model intervensi yang berbeda dari sebelumnya, kata Said, Rabu (23/10/2024).
Said menegaskan, visi besar Presiden Prabowo harus bisa diwujudkan oleh para kolaboratornya, khususnya menteri yang membidangi pangan. Jika Anda gagal menerapkan strategi dan kebijakan yang tepat, kemungkinan besar Anda akan gagal mencapai tujuan Anda.
“Dengan strategi, program, dan kebijakan yang tepat, bukan tidak mungkin hal tersebut bisa dicapai dalam satu periode kepemimpinan, meski secara realistis swasembada di semua bidang akan memakan waktu lebih dari lima tahun,” jelasnya.
Lebih lanjut Said mengatakan, selain kebijakan yang baik, pemerintah juga harus fokus pada pencapaian swasembada bahan baku yang ingin digarap.
“Tujuan swasembada 4 sampai 5 tahun itu valid. Namun tentu saja, hal tersebut juga harus realistis dan intervensi yang dilakukan harus mampu mengatasi permasalahan atau hambatan yang menjadi hambatan secara tepat. “Kita juga harus jelas dulu bahan mentah atau pangan yang ingin kita gunakan untuk swasembada, apakah itu beras atau produk pangan lainnya,” ujarnya.
Said juga menegaskan, upaya pemerintah mencapai swasembada pangan tidak boleh sia-sia dan tidak efektif.
Ia mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak hanya fokus pada peningkatan produksi pangan, namun juga memperhatikan kesejahteraan petani.
“Upaya peningkatan produksi mutlak diperlukan, namun harus menjawab permasalahan dan kebutuhan petani,” ujarnya.
Selain itu, Said mendorong produksi tidak hanya mengandalkan produk pertanian tertentu, tetapi juga mendorong petani untuk mengembangkan produk pertanian unggulan lain yang menjadi ciri khas daerahnya masing-masing.
“Peningkatan produksi juga perlu diubah dan tidak hanya fokus pada bahan baku yang terbatas. “Kita mempunyai keanekaragaman pangan yang besar, hal ini sepertinya tidak bisa dihindari jika kita terus mendorong diversifikasi produksi berdasarkan konteks sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah,” ujarnya.
Lebih lanjut Said mengatakan, berdasarkan kajian yang dilakukan KKRP bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEB) Institut Pertanian Bogor (IPB), ada lima hal yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
Pertama, memperkuat infrastruktur pendukung; kedua, melakukan penelitian dan pengembangan; ketiga, difusi inovasi teknologi di tingkat petani; keempat, pendampingan dan peningkatan kapasitas petani; dan kelima, penataan pasar yang menguntungkan petani.
“Lima hal ini telah disimulasikan untuk membawa perubahan nyata pada tingkat produksi dan pendapatan petani. Kelima hal ini perlu dilakukan secara paralel,” ujarnya.
Said juga mengatakan pemerintah harus siap berinvestasi tidak hanya pada infrastruktur, tetapi juga pada teknologi pertanian yang lebih modern.
“Dari segi infrastruktur, bukan hanya fisik bangunan saja, misalnya irigasi, jalan, dan lain-lain, tapi juga keamanan lahan pertanian, input, teknologi, dan pengetahuan,” ujarnya.