jahangircircle.org, Transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bukan sekedar tinjauan manajemen bisnis atau reformasi sumber daya manusia (SDM). Investasi di sektor digital terbukti berhasil membawa perubahan agar bisnis menjadi lebih efisien dan pada akhirnya mendukung profitabilitas yang lebih besar.
Salah satu ceritanya ada pada adaptasi Perum Perhutani. Industri kehutanan negara menerapkan digitalisasi rantai nilai untuk mengintegrasikan sumber daya manusia, proses bisnis, mesin, sumber daya hutan, dan industri hasil hutan. Direktur Utama Perhutani Wahu Kunkoro mengatakan perubahan besar ini digagas sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kementerian BUMN tentang hilirisasi dan digitalisasi serta transformasi BUMN.
“Perhutani mampu mengubah proses bisnisnya ke proses bisnis digital,” kata Wahyu beberapa waktu lalu.
Wahu mengatakan transformasi Perhutani di sektor digital bertujuan untuk memperkuat pengalaman pelanggan dengan mengadopsi teknologi terkini untuk mendukung manajemen hubungan pelanggan (CRM), pemetaan dan pengamanan sumber daya hutan, pengembangan sistem informasi, back office dan layanan serta operasional bersama. Di zona hutan. Pada tahun 2020, lanjut Wahu, Perhutani mulai memasuki babak baru dengan melahirkan inisiatif strategis pengembangan sistem enterprise resource Planning (ERP) seperti sindikat pariwisata, aplikasi pesan elektronik (ASME), pengendalian keuangan dan pengendalian biaya (FICO). . dan sistem manajemen sumber daya manusia (HCMS), e-learning dan penerapan barcode pada produk kayu.
“Selanjutnya pada tahun 2021, Perhutani akan meningkatkan layanan e-commerce www.tokoperhutani.com dan aplikasi Android untuk memudahkan pembelian produk kayu dan non kayu,” kata Wahu.
Perhutani juga mengadopsi pemetaan kawasan dengan teknologi geospasial dan melacak proses kerja melalui Hutan Digital Perhutani (Ruang Kontrol) yang dilengkapi dengan sistem manajemen insiden, kata Wahu. Wahu mengatakan Perhutani akan melanjutkan transformasi digitalnya pada tahun 2022 melalui pengembangan platform ekowisata dan perhotelan dengan mulai mengembangkan teknologi body door dan pembatas yang terintegrasi dengan sistem tiket wisata Perhutani. Implementasi ERP Integrated dan Digital Security Platform untuk Pengembangan Virtual Forest Perhutani Tingkat Divisi Regional dan Metaverse.
“Pada tahun 2023, Perhutani akan berkontribusi terhadap kemajuan transformasi digital dengan meluncurkan aplikasi mitra Socioforest yang masuk dalam rencana strategis BUMN tahun 2023,” lanjut Wahyu.
Wahyu menjelaskan, Socioforest bertujuan untuk meningkatkan ekosistem kolaborasi pengelolaan hutan lestari melalui sinergi bisnis yang lebih transparan dengan masyarakat sekitar hutan berbasis aplikasi mobile. Selanjutnya, Perhutani meluncurkan Tempat Penimbunan Kayu (TPK) yang dimodernisasi, Sistem Basis Data Keahlian Kognisi (CERDAS) dan sistem e-learning Perhutani Mengazer (Pizar) serta sistem KPH pintar.
Di bidang inventarisasi sumber daya hutan, Perhutani menerapkan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) untuk mengetahui potensi hutan seperti volume, tinggi dan diameter pohon agar lebih efektif dan efisien namun tetap akurat.
Vahyu mengatakan transformasi digital yang dilakukan Perhutani sangat penting dalam menghadapi tren global. Wahu mengatakan, pedoman Kementerian BUMN telah memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan perusahaan pelat merah, khususnya Perum Perhutani, untuk mengembangkan dan meningkatkan standarnya ke tingkat yang lebih tinggi. Menurut Vahyu, Perhutani saat ini sedang beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. Perhutani mengembangkan proses bisnis dan manajemen ke arah yang lebih modern dan menjadi Perhutani baru.
“Nilai proposisi Akhlaq bukan sekedar deklarasi, terbukti kita cukup menerapkan sinergi antar pemangku kepentingan untuk tujuan bersama,” lanjut Wahu.
Upaya transformasi tersebut berhasil diwujudkan dalam kinerja keuangan Perhutani. Laba tahun berjalan Perhutani berhasil mencapai Rp501,93 miliar pada tahun 2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan laba tahun 2019 yang hanya sebesar Rp 205,03 miliar atau setara dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 19,6 persen selama 5 tahun terakhir.
Dengan kinerja positif tersebut, aset perseroan berhasil tumbuh stabil hingga kini mencapai Rp 17,97 triliun. Angka tersebut naik 3,75 persen (yoy) dibandingkan aset perseroan pada 2022 sebesar Rp17,32 triliun.
“Kinerja Perhutani pada tahun 2023 mencerminkan perbaikan di beberapa bidang utama seperti total aset dan permodalan, meskipun pendapatan operasional inti dan laba bersih berada dalam tekanan akibat kondisi pasar global yang bergejolak,” kata Wahu.
Naylul Huda, Ekonom Pusat Kajian Ekonomi dan Hukum (Selios), menyimpulkan pertumbuhan kinerja Perhutani tidak lepas dari keberhasilan penerapan digitalisasi. Huda mengatakan transformasi di sektor digital membawa perubahan signifikan terhadap operasional BUMN yang bergerak di bidang kehutanan.
“Dia pandai menjalankan layanan dan operasional digital perusahaan,” kata Huda kepada Republik saat dihubungi dari Jakarta.
Huda mencontohkan inovasi Perhutani yang berdampak signifikan dalam menunjang kinerja operasional, yakni digitalisasi dengan menggunakan barcoding kayu. Huda mengatakan pemanfaatan teknologi dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam pemantauan data produksi secara komprehensif.
“Data itu harus bagus dan produksi bisa dikendalikan dengan melihat faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sepanjang tidak ada penyimpangan dalam pelaksanaannya, maka langkah ini merupakan langkah yang baik,” kata Huda.
Bisnis masa depan dan penerimaan oleh masyarakat
Transformasi Perhutani menjadi bekal penting dalam menghadapi bisnis masa depan yang fokus pada pelestarian alam. Sebagai pengelola hutan lestari, Perhutani dekat dengan masyarakat dan diharapkan dapat memberikan dampak positif.
Direktur Utama Perum Perhutani Wahu Kunkoro mengatakan Perhutani berkomitmen meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa hutan dan memanfaatkan manfaat hutan ko-produktif. Perhutani, lanjut Wahu, melakukan banyak cara untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa hutan, salah satunya melalui usaha kecil dan menengah.
“Peresmian ini merupakan langkah nyata kami dalam meningkatkan tenaga penjualan produk kepada pelaku usaha kecil dan menengah, khususnya produk-produk yang berasal dari pemanfaatan hutan,” kata Wahu.
Wahu mengatakan Perum Perhutani Vending Machine dan UMKM Corner menawarkan beragam produk kopi hasil produksi pelaku usaha kecil dan menengah dari berbagai daerah, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Kopi yang ditawarkan meliputi berbagai macam jenis kopi mulai dari jenis kopi Robusta, Excelsa, Liberika, Arabika, hingga kopi kreasi okra.
Wahu mengatakan Perhutani dan masyarakat desa hutan saat ini telah menyusun rencana agroforestri budidaya kopi di lahan seluas 43.143 hektare yang tersebar di 32 Kesatuan Ekonomi Hutan (KPH) Perhutani. Telah mendapat dukungan dari 518 Organisasi Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan 75.872 petani, kata Wahu.
Selain produk kopi, Pojok UKM Perhutani juga menawarkan beragam produk hasil karya 24 UKM mitra binaan seperti makanan, minuman, souvenir butik, dan kerajinan tangan rotan, ujarnya.