jahangircircle.org, JAKARTA – Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengatakan kepadatan wisatawan di sejumlah tempat populer di Bali bukan karena jumlah wisatawan yang berlebihan, melainkan karena ketimpangan, bukan sebarannya turis karena alasannya. untuk observasi bagian selatan Bali. Widi mengatakan, Bali bagian utara dan barat mempunyai potensi wisata besar yang masih belum dimanfaatkan wisatawan.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyadari tantangan yang dihadapi Bali terkait dengan pemerataan wisatawan yang tercermin pada Fodor’s No List 2025, kata Widi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (23/11/2024).
Widi memastikan Kementerian Pariwisata akan terus berupaya mendorong pemerataan wisatawan di Bali. Kemenpar, lanjut Widi, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan meluncurkan paket wisata 3B yakni Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara yang bertujuan untuk meningkatkan pilihan destinasi wisatawan.
“Paket wisata yang ditawarkan mencakup seluruh daya tarik masing-masing daerah. Mulai dari alam, budaya, produk wisata buatan, desa wisata dan lain-lain seperti Desa Wisata Les, Lovina, hingga Pemuteran di Bali utara,” kata Widi.
Kabupaten Jembrana merupakan rumah bagi Taman Nasional Bali Barat dengan atraksi Burung Jalak Bali. Saat ini sudah banyak tempat wisata di banyuwangi seperti Desa Wisata Kemiren, G-Land, Alas Purwo dan yang tak kalah menariknya adalah Kawah Ijen.
Widi mengatakan, Kemenpar juga mengundang masyarakat untuk berdiskusi tentang perkembangan pariwisata di Bali Utara, serta mengundang sejumlah jurnalis lokal dan asing untuk memberitakan langsung dari beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng Bali Utara. Dengan berbagai langkah tersebut, Widi berharap dapat mengurangi kesenjangan pariwisata dan mengembangkan pariwisata di Bali yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Wakil Menteri Pembangunan Infrastruktur Perekonomian Kemenpar Haryanto mengatakan Kemenpar berkomitmen mengembangkan kebijakan pariwisata berkelanjutan untuk melindungi budaya, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat Bali.
“Kami juga meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat lokal untuk mengatasi permasalahan seperti pengelolaan sampah, pencemaran lingkungan, dan tekanan sosial yang ditimbulkan oleh pariwisata,” kata Haryanto.
Langkah praktis yang dilakukan adalah pengelolaan lokasi dengan mendistribusikan wisatawan ke berbagai wilayah Bali dan lima Situs Prioritas Tinggi (DPSP) yang berdekatan dengan Bali (Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang).
“Kami berupaya mengoordinasikan seluruh instansi untuk menindak tegas wisatawan yang melanggar hukum, adat istiadat, dan tradisi serta wisatawan yang menyalahgunakan visanya,” kata Harianto.
Kemenpar juga terus mendorong pariwisata berbasis komunitas, memperkuat peraturan lingkungan hidup, serta mengedukasi wisatawan dan pemangku kepentingan terkait agar lebih menghargai budaya lokal dan melestarikan alam Bali secara berkelanjutan.