jahangircircle.org, JAKARTA – Pengamat penerbangan Alvin Lie mengingatkan pemotongan harga tiket pesawat yang tidak realistis bisa berdampak serius bagi keberlangsungan Garuda Indonesia. Menurut Alvin, langkah tersebut berpotensi menggerogoti pendapatan maskapai nasional secara signifikan.
“Jika tarif Garuda diturunkan rata-rata Rp100.000 untuk kurang lebih 800.000 penumpang per bulan, maka Garuda akan kehilangan pendapatan sekitar Rp80.000.000.000 per bulan atau hampir Rp1 triliun per tahun.” Alvin menjelaskan kepada Republika, Selasa (26 November 2024):
Dia menegaskan, berbagai efisiensi operasional telah dicapai Garuda pasca proses Penundaan Pembayaran Utang (PKPU). Namun jika pendapatan terus menurun, upaya ini saja tidak akan cukup untuk mempertahankan kelangsungan hidup maskapai ini.
“Garuda sudah menurunkan biaya operasional secara signifikan, tapi saya tidak yakin Garuda bisa bertahan lama jika pendapatannya turun lagi. Pemerintah harus menggunakan logika dan akal sehat, bukan mengambil kebijakan populis hanya demi pencitraan.” Saya stres.
Ia juga meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap sektor transportasi. “Kenapa hanya tiket pesawat yang merepotkan? Bagaimana dengan tol dan pajak bandara yang naik dua tahun sekali? Itu juga berdampak pada banyak orang, tapi tidak terlalu menjadi masalah,” kritik Alvin.
Menurut dia, pemerintah harus fokus pada kebijakan yang lebih strategis, seperti efisiensi biaya pengangkutan, yang berdampak langsung pada jaringan logistik dan perekonomian nasional. “Kebijakan yang hanya menarik secara politis namun tidak memperbaiki sektor ini secara keseluruhan justru merugikan,” tutup Alvin.